Rabu, 30 Agustus 2017

Catatan #8 Tentang dihibur alam

Alam bersatu ‘tuk hibur hatiku
Angin lembut membelai rambutku
Hujan sejuk membasahi hatiku
Mentari hangat memeluk jiwaku
Burung berkicau bersenandung
Semarak, suka cita
Memanjakan telinga.

Awan, rintik hujan, matahari, pelangi
Bersekongkol membujukku berlari tanpa alas kaki.
Menikmati lumpur dan kerikil kecil.
Di bawah daun yang manja satu-satu gugur.

Gemericik air mengalir membasuh penat isi kepala.
Sejuk.
Lantas memaksaku berbasah kuyup berenang dalam sejuknya harapan
Hingga hilang lelah dalam jiwa

Sejak pagi, ketika embun lembut memeluk ujung daun,
Hingga senja yang datang dengan bangga memeluk matahari.
Alam bersatu ‘tuk hibur aku
Lantas perlahan mengundang malam.
Memberikan waktu pada bulan dan bintang.
Agar membuaiku dalam damai.

Tentang Adanya Selalu

Sebab terlalu banyak buku yang kita baca bersama
Hingga tak ada satupun balikan lembar yang tak bisikkan namamu

Sebab banyak sudut yang kita langkahi bersama
Hingga tak ada sisi yang tak gambarkan wajahmu

Sebab banyak lagu  yang kita nyanyikan bersama
Hingga tak ada satupun tangga nada yang tidak berbunyi suaramu


              Pontianak, Maret 2016

Catatan #15 Tentang Lucu Hantu Tak Tahu Malu

Kamu lucu
Dulu kamu yang mau
Mendekat malu-malu
Banyak janji indah, ini-itu.

Sekarang kamu kayak hantu.
Tak tahu malu.
Hingga senyap dalam bisu.

Mati saja kamu.

Catatan #14 Tentang Kamu dan Mainan Baru

Kalau galau begini
Rasanya selalu ingin menulis
Padahal kadang
Tak ada ide untuk ditulis

Kalau seperti saat ini
Sedikit-sedikit  ya ingatnya kamu
Wajar saja.
Sudah berapa purnama tak kulihat rupamu?

Payah juga.
Habisnya.
Inginnya kita tak sama (lagi)
Aku yang ingin ketemu
Karena rindu menggebu-gebu.
Sedangkan kamu tak mau liat aku.
Wajar saja.
Kan kamu sedang asyik dengan mainan baru.
Dasar kamu lucu.
Dulu kamu yang mau.

Sekarang malah pergi dengan bisu.

Catatan #13 Tentang Bujukan Pada Jibril

Jibril
Raja para malaikat
Yang bersayap membentang segaris cakrawala.
Sempatkah kamu, di antara sibukmu, membisikkan sesuatu padaNYa?
Sampaikan padaNya aku merindunya.
Sampaikan padaNya maafku karena membuatNya cemburu,
Sebab rasaku padanya menggebu-gebu

Jibril,
Maukah kau bujuk Dia?
Agar melembutkan hatinya supaya ingat aku.

Jibril,
Tolonglah bujukkan Dia
Agar Ia menjaganya.
dia.

Catatan #12 Tentang Doa Buruk

Hari baru
Lembar baru
Tanpa kamu.

Terima kasih dunia
Aku baik-baik saja.

Dan kamu yang di sana

Selamat mengantre karma.

Catatan #11 Tentang Pertanyaan

Hanya karena
Kamu sedang patah hati
Lantas

Dunia tak boleh romantis?

Catatan #10 Tentang Selamat Tinggal

Di puncak musim penghujan di tahun itu
Kisah dimulai.
Lalu kita bahagia.
Lalu kita terluka.
Lalu kita berusaha.
Dan kita kembali bersama.
Meski terbilang ratusan kilometer jaraknya.

Di puncak musim panas seribu hari setelahnya.
Tiba-tiba
Kita tak mampu berjuang.
Semua rencana dianggap usang.
Semua kisah tak lagi menguatkan.

Selamat tinggal,
Tanpa satu sama lain
Kita pasti tetap bahagia.

Catatan #9

Bagiku
Langit adalah kanvas maha besar
Dengan lukisan maha besar yang berganti setiap kedipan mata
Hebat bukan?
Ibarat langit sebuah rumah
Awan, bintang, mentari dan bulanlah si tuan rumah.
Burung-burung kerap bertamu.
Sungguh indah.
Di kotaku,
Layang-layang tak mau tidak ambil tempat
Berwarna-warni menari
Menyaingi awan, menyapa pelangi.

Bagiku,
Langit adalah penghiburan
Ia mengajarkan ketenangan
Sungguh.
Redam emosi, tenang hati.

Bagiku,

Langit adalah penampung rindu.

Catatan #7 Tentang yang Mustahil

Aku yang berkhianat pada janji yang kubuat pada cermin.
Aku yang lemah lantas menyerah pada hasrat.
Aku yang tak mampu menjauhkan hati dari luka.
Aku yang cemburu pada takdir hingga mengutuk realita.
Aku yang tak sabar dengan waktu, hingga memutuskan terburu-buru.
Aku yang ternyata tidak bergerak meski merasa telah berjalan jauh.
Aku yang menanti lautan menjadi tawar.
                             Gunung menjadi lapang.
                             Langit menjadi lading.
                             Bumi menjadi bulan.
Aku yang gelap ketika siang.

                             Aku yang.

Catatan #6 Tentang Rindu pada RinduMu

Aku rindu pada rindu
Yang sedang rindu pada rinduNYa

Aku cinta
Pada cinta yang tak terdefinisi oleh cintanya.

Karena,
Sebaik-baiknya rindu
Adalah
Cinta pada kataNya.

Karena,
sebaik-baiknya cinta
adalah rindu pada rumahNya.

Catatan #2 Tentang yang berderai

Aku berjalan.
Melangkah selangkah demi selangkah.
Meski tersaruk.
Menapaki cerita.
Ceritaku.

Aku berjuang.
Bercucur keringat. Berderai darah air mata.
Menikmati waktu.
Menghirup saripati kisah.

Kisahku.

Catatan #4 Tentang Mengerti & Iri

Aku mengerti.
Tapi aku tak mau tahu.

Aku paham.
Tapi aku tak mau peduli.

Aku iri
Pada mereka yang tidak memiliki rasa.

Aku iri
Pada mereka yang tidak jatuh cinta.

Aku iri
Pada mereka yang tidak merindu,

                                           Kamu.

Catatan #5 Tentang Aku yang Suka Hujan

Aku suka hujan
Sebab di bawahnya tangisku
Tak diketahui dunia

Aku suka hujan
Sebab sejuknya meredakan panasnya
Sesak putus cinta

Aku suka hujan
Sebab aromanya melunturkan duka

Aku suka hujan
Sebab percik airnya
Ingatkan aku segarnya aromamu

Tapi hujan tak pernah pengertian
Ia membuatku rindu kamu,

Lagi.

Catatan #3 Tentang Dosa

Aku cinta kamu.
Kamu cinta aku juga (katamu)
Dia cinta kamu.
Kamu milik dia.
Aku?
Aku rindu kamu.

Pada siapa aku paling berdosa?

Selasa, 29 Agustus 2017

Catatan #1 Tentang Ganteng

Dear kamu yang rusuknya hilang satu karena aku.
Tidak apa-apa kamu tidak tahu wajahku karena kita belum pernah bertemu.
Atau, mungkin kamu lupa wajahku karena bertahun-tahun-tahun-tahun lalu kita pernah bertemu sepintas lalu.
Atau, kamu yang dekat denganku tapi belum tumbuh rasa.
Tidak apa-apa jika kamu tak tahu aku jodohmu.
Tapi.
Jangan tidak kau bangun ibadahmu.
Rumah di akhirat butuh banyak pahala.
Apalagi komplek di surga.


                            

                                                          *akibat keseringan dengar kalimat “sholat Jumat biar ganteng”