Minggu, 28 Januari 2018

00.00

selamat pagi
maaf aku tidak menghubungimu seharian kemarin
tidak juga membalas pesanmu tadi malam
maaf
aku tidak kuat

selamat siang
maaf ajakanmu menikmati coffee time tidak kugubris
begitupula ajakanmu makan siang ditempat biasa kita bercerita tentang panasnya matahari khatulistiwa
maaf
aku tidak sehat, perasaanku

hei, apakah saat ini kamu sedang melihat ke arah barat?
pukul 17.35 sekarang
di saat ini biasanya kita saling berbagi gambar matahari senja di tempat kita rehat setelah seharian berlari berpacu waktu
maaf
gambarmu tak kubalas
akupun merekam senja sore ini
hanya saja,
kehilangan selera berbagi
oranye di sana tak senada kelabu rinduku

aku,
menguatkan hati yang luka

kamu bilang jangan sampai kita masih bercengkrama ketika jam menunjukkan pukul 23.00
otak mulai rusak pukul segitu
percakapan mulai membuat hati ketar-ketir karena perasaan menjadi lebih sensitif
lebih rindu
lebih tidak sabar
lebih mendesak menyesakkan
seperti apa langit malammu kali ini?

maaf
lima teleponmu tidak ku angkat.
aku mematikan nada dering agar tak merasa dipaksa menggeser layar ke kanan ketika nomormu tertera di layar ketukku
aku memutuskan untuk tidak melirik layar yang kedap kedip menampilkan wajahmu sebagai identitas penghubung

aku  memutuskan untuk tidak menikmati tenangnya berada di sisimu
meski menjauh berarti mencabut separuh napasku

aku memutuskan untuk tidak menikmati hangat tatapmu
meski menolak berarti menguapkan harapan yang menggunung di hatiku

aku memutuskan untuk tidak berbahagia karenamu
sebab tidak bisa aku singkirkan bayangan dia yang menangis di setiap malam
karena alpamu


selamat malam. 00.00.
kembali pada kehampaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar